Blockchain dalam ESG: Memanfaatkan Teknologi menuju Masa Depan Berkelanjutan

Berdasarkan McKinsey Technology Trends Outlook 2023, blockchain menjadi salah satu tren teknologi teratas saat ini. Teknologi blockchain, yang dikenal mendasari mata uang kripto seperti Bitcoin, adalah teknologi transparan dan terdesentralisasi yang berpotensi merevolusi berbagai industri. Memiliki julukan sebagai “mesin kebenaran“, blockchain memiliki 3 asas utama: desentralisasi, transparansi, dan kekekalan.

Di sisi lain, ESG merupakan sebuah prinsip pengelolaan bisnis dan perusahaan yang terdiri dari tiga konsep: Environment (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola). ESG digunakan sebagai salah satu pertimbangan investasi oleh investor sebagai bagian dari respons terhadap perubahan iklim dan Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan penelitian McKinsey dan NielsenIQ, produk yang tidak mengklaim ESG tumbuh, rata-rata, 4,7% per tahun, sedangkan produk dengan klaim ESG tumbuh 6,4% per tahun.

Artikel ini akan mengeksplorasi persimpangan dari dua konsep ini dan cara mereka membentuk masa depan berkelanjutan.

Dilema ESG: Kompleksitas dalam Mencapai Keandalan dan Integritas

Memberikan keandalan dan integritas ESG menjadi tantangan besar bagi perusahaan. Survei Investor Global PwC 2022 menunjukkan bahwa 87% investor menduga bahwa laporan performa keberlanjutan perusahaan mengandung greenwashing. Studi Investor Institusional Schroders juga menemukan bahwa 53% profesional industri mengungkapkan kurangnya transparansi data yang tercatat menjadi tantangan dalam investasi berkelanjutan.

Faktor utama pudarnya keandalan dan integritas ESG adalah praktik greenwashing, praktik memberikan informasi yang tidak benar atau memberikan kesan bahwa perusahaan tersebut ramah lingkungan. Kesenjangan informasi di antara pemegang kepentingan menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan investor, lembaga pemeringkat kredit, dan regulator terkait validitas dan keandalan laporan ESG.

Memberdayakan ESG melalui Blockchain

Kemampuan ketelusuran, otomatisasi, dan desentralisasi blockchain dapat diterjemahkan sebagai peningkatan transparansi, efektivitas, dan akuntabilitas di setiap unsur Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola. Berikut ini adalah penerapan blockchain dalam setiap unsur aktivitas ESG.

Environment x Blockchain

Ada banyak penggunaan teknologi blockchain di sektor lingkungan yang berfokus meningkatkan transparansi dan efisiensi. Pelacakan, perdagangan, dan kepatuhan adalah tiga penggunaan umum blockchain dalam berbagai industri.

  • Pelacakan
    Rantai pasokan lebih transparan karena buku besar blockchain yang tidak dapat diubah atau dirusak. Kemampuan perusahaan menelusuri aliran komoditas dari tempat asal hingga ke tempat tujuan memberikan perusahaan kesempatan mengidentifikasi inefisiensi dalam pemakaian energi dan emisi karbon. Ketelusuran ini memungkinkan perusahaan mengurangi limbah dan emisi karbon.
  • Perdagangan
    Jaringan peer-to-peer yang terdesentralisasi pada blockchain membuat penyelesaian transaksi lebih cepat dan efisien. Hal ini berbeda dengan sistem tradisional yang harus menunggu verifikasi pihak ketiga. Sebagai teknologi backend, blockchain dapat diaplikasikan dalam perdagangan instrumen keuangan berkelanjutan, seperti obligasi hijau, dan kredit energi terbarukan, seperti sertifikat energi terbarukan (REC). Selain itu, tokenisasi aset dunia nyata, seperti kredit karbon, dapat meningkatkan perdagangan yang lebih efisien dengan mengurangi ukuran tiket investasi melalui fraksionalisasi. Hasilnya, perusahaan maupun individu berkesempatan mendukung produk berkelanjutan dan energi terbarukan.
  • Kepatuhan
    Perusahaan bisa lebih mudah mematuhi pedoman ESG berkat transparansi blockchain dan kontrak pintar, program yang secara otomatis melakukan aktivitas yang diperlukan jika persyaratan telah terpenuhi. Dengan kemampuan melacak aliran rantai pasokan, perusahaan dapat melaporkan emisi dan melakukan tebus karbon dengan lebih akurat. Selain itu, kontrak pintar dapat digunakan untuk mengotomatiskan penerapan perilaku etis dan berkelanjutan. Hal ini dapat memudahkan upaya perusahaan kecil mengawasi dan melaporkan aktivitas ESG meskipun waktu dan sumber daya mereka terbatas.

Social x Blockchain

Tidak dipungkiri, masyarakat kerap mengaitkan mata uang kripto dengan aktivitas kriminal. Kenyataannya, berdasarkan laporan Chainalysis di tahun 2022, hanya 0,24% dari jumlah total transaksi mata uang kripto yang terkait dengan tindakan ilegal. Sebaliknya, mata uang kripto dan blockchain dapat memberikan manfaat dengan memajukan inklusi keuangan dan mendukung upaya kemanusiaan.

  • Pembayaran Lintas Negara
    Transaksi mata uang kripto dapat lebih cepat, murah, inklusif, dan censorship-free karena struktur blockchain yang terdesentralisasi dan kemampuan bertransaksi tanpa perantara. Hal ini mengisyaratkan bahwa transaksi lintas negara dapat dilakukan dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan transfer uang biasa. Berdasarkan analisis Oliver Wyman dan J.P. Morgan, mata uang digital mampu menghemat perusahaan multinasional sebesar $120 miliar per tahun dalam biaya transaksi untuk pembayaran lintas negara.
  • Mendukung Upaya Kemanusiaan
    Selain menunjang transaksi bisnis , mata uang kripto dapat membantu upaya amal. Salah satu contohnya adalah kerja sama antara UNHCR dan Stellar Development Foundation, organisasi nirlaba yang mempromosikan ekspansi jaringan blockchain Stellar. UNHCR menyadari bahwa beberapa pengungsi tidak memiliki rekening bank sehingga sulit menyalurkan uang tunai. Kedua organisasi ini berkolaborasi dengan MoneyGram, perusahaan pengiriman uang, dan Circle Internet Financial, pembuat stablecoin USDC, untuk menerapkan sistem alternatif dengan mengirim bantuan langsung ke pengungsi dengan mata uang kripto. UNHCR mengirimkan USDC melalui jaringan Stellar ke dompet digital para pengungsi yang terpasang di ponsel pintar mereka. Para pengungsi kemudian menukarkan USDC dengan mata uang lokal di fasilitas MoneyGram.

Governance x Blockchain

Dua contoh kasus penerapan blockchain dalam mempromosikan tata kelola yang transparan adalah mengukur serta mengevaluasi pencapaian ESG dan pemungutan suara berbasis blockchain.

  • Pengukuran dan Evaluasi Pencapaian ESG
    Basis data terdesentralisasi pada jaringan blockchain membantu organisasi menelusuri dan memvalidasi pencapaian ESG. Vendor, pemasok, dan divisi internal perusahaan dapat tergabung dalam jaringan untuk berbagi informasi tentang kondisi tenaga kerja, emisi karbon, dan pelacakan produk. Tanpa perlu interaksi manusia, kontrak pintar yang terdapat dalam jaringan blockchain dapat digunakan untuk mengekspos data secara otomatis.
  • Pemungutan Suara Berbasis Blockchain
    Pemungutan suara berbasis blockchain telah didiskusikan secara internasional. Korea Selatan menjadi negara pertama yang menggunakan sistem pemungutan suara daring berbasis blockchain pada bulan November 2022. Greenland, menurut Cointelegraph, juga sedang menyelidiki potensi platform pemungutan suara berbasis blockchain pada bulan Oktober 2022.

Blockchain: Teknologi Revolusioner yang Menanti Talenta Digital

Tantangan global dalam hal keberlanjutan, kesetaraan, dan etika membutuhkan inovasi dan kolaborasi di berbagai bidang. Blockchain dalam ESG adalah salah satu jawaban dari tantangan ini. Teknologi blockchain berpotensi menanamkan kepercayaan dan mengubah cara kerja dunia. Kebermanfaatan teknologi blockchain sangat bergantung pada keterampilan talenta digital.

Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University, menjadi salah satu program studi yang menyadari potensi dari blockchain. Program studi ini memiliki mata kuliah pilihan Teknologi Blockchain dan Ekonomi Token yang berfokus pada inovasi dan penerapan blockchain dalam bisnis. Mata kuliah ini merupakan salah satu wujud komitmen Telkom University untuk mencetak talenta digital menuju masa depan berkelanjutan.

Ayo #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University!